Minggu, 22 Juli 2007

Adri Manan Koleksi Dadu dari Emas

PesulapAdri Manan


Dadu pada umumnya berbentuk kubus. Tapi ternyata ada dadu yang berbentuk
persegi enam, bahkan ada yang bulat. Tidak percaya? Silakan lihat
koleksi pesulap kondang Adri Manan. Ia memiliki ratusan koleksi dadu
yang beraneka jenisnya. Semua tertata rapi di kamarnya.

"Kendati punya ratusan dadu, saya tidak mengoleksi secara khusus," kata
Adri. "Mulai serius mengoleksi dadu sekitar tahun 90-an, saat saya pergi
ke Belanda. Nah, waktu diajak jalan-jalan oleh teman ke kasino, saya
lihat ada dadu yang berbentuk limas dan bulat. Lucu juga. Saat itulah
baru saya tahu ada juga dadu yang bentuknya beda dari yang umum," lanjut
pesulap kelahiran Bangka, 2 Januari 1964 ini.

Suka judi? "Ha..ha..ha... Enggak lah. Saya suka mengumpulkan dadu karena
bentuknya. Dan pergi ke kasino sekadar jalan-jalan. Bukan apa-apa,
pegawai yang membagikan kartu di kasino itu biasanya seorang pesulap.
Saya hanya nonton bagaimana ia mempraktikkan permainan sulap," terang
Adri. "Itu sebabnya saya kasih saran, jangan main judi kartu di kasino,
karena pasti sulit menang," lanjutnya sambil tertawa lebar.

Kini, jumlah koleksi dadu milik Adri sudah ratusan. Terdiri dari
berbagai jenis dan ukuran. Dari yang umum, yaitu yang tiap sisinya
terdiri dari angka-angka sampai yang tiap sisinya ada tulisan mata angin
dengan menggunakan huruf Cina. Dadu terkecil miliknya berukuran 4x4 mm
yang dibelinya di Cina. Sedang yang terbesar berukuran 15x15 cm. "Saya
beli di Hongkong," ungkap anak ketiga dari lima bersaudara ini.

Dari semua koleksi miliknya, ada dua yang menjadi kesayangannya.
Pertama, dadu yang terbuat dari gading gajah. Dadu tersebut juga
merupakan dadu pertama miliknya. Tidak dibeli, tapi warisan kakeknya.
Sedang yang kedua adalah dadu yang terbuat dari emas 22 karat yang
dibelinya di Jerman. "Saya punya kisah mengenai dadu dari emas itu.
Waktu itu saya jalan ke Jerman dan melihat dadu tersebut. Ketika mau
membelinya, uang saya tidak cukup. Harganya pada tahun 1992, kalau
enggak salah 1.400 mark. Akhirnya enggak jadi. Nah, enam bulan kemudian,
saya mendapat kesempatan berkunjung ke Jerman lagi. Saya datangi toko
tersebut. Ternyata dadu itu masih ada. Yah, saya beli," jelas Adri.

Menurut Adri, dadu miliknya memang kebanyakan didapat di luar negeri. Di
Indonesia kebanyakan bentuknya umum. "Untuk yang unik, paling banyak di
luar negeri. Terutama di toko yang berlokasi di sekitar kasino.
Toko-toko lain juga ada. Tapi menurut pengalaman saya, biasanya toko
yang berada di lingkungan kasino lebih lengkap," ujar pengagum pesulap
kondang Amerika Houdini dan ilusionis beken yang pernah mengadakan
pertunjukan di Indonesia David Copperfield ini.

Teman-temannya kemudian mengetahui ia suka mengoleksi dadu. Dan dua
tahun belakangan ini, koleksinya bertambah karena pemberian mereka.
"Biasanya kalau mereka jalan-jalan ke luar negeri, melihat ada dadu yang
unik, pasti dibeli untuk dihadiahkan pada saya," papar Adri.

Kalau diminta? "Enggak pernah. Mereka tahu bahwa saya suka mengoleksi.
Juga tidak akan saya beri. Sayang. Apalagi kalau yang diminta bentuknya
aneh. Ha.. ha.. ha...," jawabnya.

Sampai saat ini hampir semua jenis dadu sudah dimiliki Adri. Namun
sekarang koleksinya jarang bertambah. "Terakhir, koleksi saya bertambah
enam bulan yang lalu. Dadu berukuran 15x15 cm. Saya beli di Singapura,"
ungkap penggemar pempek palembang ini.

Lucunya, saking banyaknya, pernah ia membeli dadu yang jenisnya sama
dengan yang sudah dimilikinya. Contohnya, yang dibelinya di Singapura
itu. "Saya pikir belum punya. Ternyata setelah saya beli, jenis dadu itu
sudah ada. Ha.. ha.. ha...," papar Adri tertawa lebar.

sumber : krosceknews.com

Sabtu, 21 Juli 2007

Demian Sang Ilusionis

Bagi Ilusionis bergaya trendi ini, pertunjukan ilusi bukanlah sekadar tontonan, melainkan pengalaman kemanusiaan yang sangat berharga. Di sanalah ia bisa menjalin komunikasi dengan sesama manusia secara lebih harmonis.

TV plasma, PDA, ponsel, benda benda elektronik berteknologi tinggi yang mulai akrab dengan sebagian masyarakat kelas menengah atas, akan terlihat lebih ajaib di tangan pemuda bertubuh atletis ini.
Tayangan talk show Om Farhan di stasiun televisi ANTV, merupakan momentum yang melejitkan nama illusionist muda kelahiran 19 Juni 1980 ini.
Dunia entertain serasa mendapat darah segar oleh sajian magic dengan warna baru yang disuguhkan oleh pemuda berambut ala Bezita tokoh komik Dragon Ball. Dengan PDA pinjaman dari Om Farhan, Demian Aditya memainkan satu routine trik sulap koin yang belum pernah ditonton pemirsa TV sebelumnya. Koin biasa nominal lima ratus rupiah dapat berpindah dari tangan Demian ke dalam PDA pinjaman tersebut.Tampak koin berputar putar di layar PDA. Bukan itu saja, bahkan Demian dapat menjadikan koin di layar bergerak sesuai gerakan tangannya.
Sarah Azhari yang saat itu merupakan tamu Om Farhan, kebagian juga suguhan trik dari Demian. Sarah diminta mengocok setumpuk kartu normal dan mengambil satu kartu tanpa diketahui Ilusionis ini. Masih dengan menggunakan PDA Om Farhan, Demian memunculkan kartu pilihan Sarah di layar PDA. Dalam sekejab kartu di layarpun berpindah ke tangannya secara ajaib.
Selanjutnya tontonan menarik dengan media TV plasmapun dimainkannya. Permainan ilusi sebuah bola di layar kaca yang dapat diambil dan ditaruh kembali ke dalam layar membuat penonton terheran heran. Bukan hanya itu, bola yang sudah ditarik keluar dari dalam TV seakan akan berontak dan tidak bisa dikendalikan oleh Demian. Dengan gaya pantomimnya yang stylish dan mengejutkan, Demian memiringkan tubuhnya 45 derajat ke depan dan ke samping demi mengendalikan keliaran bola. Penontonpun dibuatnya lebih ternganga. Dalam waktu singkat namanya menjadi pembicaraan orang. The new star is born.....
Melanjutkan aksinya di Om Farhan yang menjadikan namanya dikenal orang, Demian muncul dengan acara reality show serial bertema street magic di stasiun TV yang sama dengan judul Demian Sang Ilusionis.
Tayangan street magic di televisi bukan hal baru bagi penonton Indonesia। Yang membedakannya, di setiap tampilan Demian Sang Ilusionis, pemuda ini melakukan sebuah ilusi besar di jalan atau di tempat umum, dimana biasanya ilusi tersebut dilakukan di panggung. Performance dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi sekaligus merupakan tontonan baru bagi pemirsa televisi. Semua itu tidak diraihnya dengan mudah, perjuangan, kerja keras, dan kucuran darah mengiringi perjalanan karirnya. Darah? Ya darah.....


Wawancara

Demian Aditya

Banyak yang penasaran dengan pemuda yang satu ini. Penampilannya di layar kaca ANTV, dengan tayangan reality show bertema sulap, “Demian Sang Ilusionis”, membawa penonton menikmati suatu pertunjukan dengan warna baru yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Siapakah illusionist berambut spike ini ? Bagaimana perjalanannya di dunia sulap dan pandangannya tentang art of mystery yang digelutinya saat ini?
Black Jade berkesempatan ngobrol dengan Sang Illusionist bergaya metro sexual yang juga juara favorite dan persahabatan Abang-None Jakarta 2002 ini, Berikut petikan obrolan santai kami.

Ini pertanyaan standar dulu aja ya. Sejak kapan sih seorang Demian kenal sulap, dan apa sulap pertamanya? Bisa diceritain?
Bisa, gue kenal dan suka sulap gara garanya standar juga, lihat David Copperfield di televisi tahun 80-an akhir, waktu masih SD. Sulap pertama gue, sulap koin. Di sekolah waktu kelas 6, ada teman sekelas SD gue yang bisa main sulap. Gue kaget banget, dia mainin trik koin hilang yang pakai saputangan. Pada waktu itu, bagi gue sulapnya gokil banget! Akhirnya gue belajar sulap koin, dan jadi trik pertama gue. Dari SD sampai SMA sulap gue, ya sulap koin. Kadang gue beli alat sulap juga di Mr Magic, toko sulap di Jakarta Barat. Gimmick gimmick kecillah, seperti Crazy Cube. Waktu Kuliah tahun 98, di kampus gue, Trisakti, ada seorang pegawai kampus main trik tali. Cut and restore rope, tali yang dipotong nyambung lagi. Gila! Seorang pegawai kampus bisa main sulap kaya gitu! Bagi gue waktu itu, udah hebat banget. Akhirnya gue minta dia ajarin sulap, termasuk tehnik kartu yang diambil dari bawah, glide. Gue maksa he he...

Kalo dia lihat loe di TV sekarang, kira kira masih ingat ngga dia sama loe ?
Ha ha... Ngga tau juga ya, soalnya udah lama banget, dan itu di kampus Trisakti Rawa Sari, sekarang gue di kampus Grogol.

Pernah belajar ke pesulap ?
Nah, abis belajar sedikit sama pegawai kampus, terus gue ketemu sama Yanto.

Yanto mana ? Yanto yang punya counter di Glodok ?
Iya, dari dia gue belajar beberapa trik, terus gue ketemu sama Budi, (Budi Faro- Red) sama Koh Iwan, (Indomagic Land-Red) baru ketemu Ket Fie. Dari dia gue belajar banyak. Gue ikut Ket Fie setahun, sekitar tahun 2000-an. Dia show dimana aja, gue ikut, dia show di gereja, gue bantuin. Sampai gue jadi asisten dia. Ket Fie kan ada reguler show di Hotel Shangrila, setelah beberapa lama ikut dia, Ket Fie nawarin gue juga perform di sana. Itu pertama kalinya gue show.



Illusionist yang juga seorang drummer dari kelompok musik Headache ini, sebelum bersolo karir pernah tergabung dengan Pentagram pimpinan Deddy Corbuzier.Di sinilah dirinya menemukan kesadaran bahwa sulap bukanlah hanya melulu trik. Performance dan psikologi justru merupakan elemen yang lebih penting daripada hanya sekedar mengejar trik.

Gimana ceritanya loe bisa gabung dengan Pentagram?
Waktu itu tahun 2002, teman gue di pemilihan Abang-None jakarta, ternyata sahabatnya Deddy, gue minta dikenalin ke Deddy sama dia. Waktu Deddy ada show di Shangrila, show besar, gue sama teman gue itu kesana. Gue dikenalin, dan Deddy minta gue main sesuatu. Gue main koin, Coin Matrix, ajarannya Ket Fie. Deddy lihat main gue bagus kali ya, terus dia bilang “Loe gabung deh di Pentagram


Di Pentagram loe sekolah ?
Engga, gue member, jadi gue dimenejerin Pentagram. Pertama sih gue ditawarin untuk sekolah. Waktu itu gue belum ada duit. Gue bilang ke Deddy, “Gue ngga ada duit Ded.” “Ya udah, loe gue menejerin aja,” katanya.

Waktu itu udah ada Bow Vernon ?
Udah... Bow itu termasuk murid pertama Pentagram. Sekitar dua atau tiga bulan Pentagram buka, Bow masuk. Tahun 2000 kayanya.

Apa aja yang loe pelajari di Pentagram?
Di Pentagram, gue baru nemuin, ternyata kalau kita mau jadi pesulap ngga cuma trik yang penting. Ada yang lebih penting dari trik sulap itu sendiri. Yaitu performance. Ada buku yang akhirnya bikin gue berubah banget. Judulnya, Maximum Entertainment.

Itu buku sulap?
Iya, buku sulap, tapi sama sekali ngga ada triknya. Isinya tentang gimana cara kita perform ke orang. Sama satu buku lagi, judulnya Mastering the art of magic. Isinya bagus banget. Di situ dikasih tahu bahwa magician sebenarnya adalah seorang aktor yang sedang memainkan perannya sebagai magician. Jadi sebenarnya kita adalah aktor. Yang paling penting, dan juga diajarin di Pentagram, kalau kita lagi di panggung, gimana caranya, lima menit pertama orang harus suka sama kita. Itu yang susah. Pertama masuk Pentagram, biasanya direkomendasikan buku yang harus dibaca. Buku yang gue baca pertama kali, Growing the art of magic. Pokoknya di sana gue nemuin banyak buku yang ngga ada triknya sama sekali, tapi ternyata bagus banget. Tommy Wonder dibukunya bilang, “Yang paling utama kalau main sulap, kita harus yakinin diri sendiri kalau kita bisa ngilangin koin. Karena kalau kita sendiri ngga yakin, gimana bisa bikin orang yakin?”

Sejak dimenejeri Pentagram, show TV pertama kalinya di mana?
Show di TV pertama kali di TV 7, waktu launching buku Harry Potter. Gue kebagian sialnya melulu, tiap kali TV show, selalu live. Wah..gemeterannya minta ampun. Bayangin, show jarang, begitu TV show, live. Kalau salah dikit aja, wah.....

Pernah punya pengalaman gagal waktu show?
Kalau gagal dalam pengertian salah sih jarang. Gue pernah punya pengalaman yang paling gila banget, rahasia trik gue dibuka, waktu show di Jogja. Gue main pakai TV plasma tahun 2003, untuk launching Samsung. Gue yang di dalam TV berkomunikasi sama gue yang di luar TV, kaya waktu acara gue di final KDI 3. Waktu itu gue pakai combe (stooge), akhirnya ketahuan. Ceritanya gini, setelah selesai main pakai TV, gue main routine berikutnya. Gue minta seorang penonton naik ke atas panggung. Waktu itu gue belum terlalu belajar psikologi. Ada satu penonton cowo teriak, “Gue mau! gue mau!” sampai di atas panggung, gue tanya dia, “Namanya siapa mas.” Tiba tiba, mike gue diambil. “Gue tahu semua rahasianya tadi,” orang itu bongkar semua rahasia gue. Gue diketawain. Gue bilang, “Kalau anda merasa itu tadi teman saya, sekarang saya main dengan anda.” Dia nolak, “Ngga mau! ngga mau!” Akhirnya gue minta seorang penonton yang dikenal semua orang di sana, untuk naik ke panggung. Gue tanya ke penonton, ”Semua kenal kan sama dia?” “Kenal....” “Dia bukan teman saya kan?” “Bukan...” Terus gue main Psychokinetic Touch sama dia. Gue nyolek dari sini, orang di sana berasa. Triknya berhasil. Wah.. Parah banget deh tuh pengalaman.

Ada pengalaman lain yang parah juga?
Ada, tapi bukan waktu show. Bulan September 2006, gue lagi gladi resik, 2 jam sebelum show di sebuah hotel di Jakarta Selatan. Panggungnya di atas kolam renang, sisi panggung nempel sama bibir kolam. Gue berdiri di bibir kolam yang gue kira terbuat dari mika dan kuat. Engga taunya dari kaca, dan ngga kuat. Kacanya pecah, dan gue ikut jatuh. Waduh.... Gila banget! Badan gue luka semua kena pecahan kaca. 38 jahitan...! Yang paling parah paha kanan gue, 10 jahitan sendiri.

Terus shownya gimana?
Gue dijahit dulu, show tetap jalan. Tapi yang rencananya main pakai The Lean, ngga jadi gue mainin. Ngga kuatlah kaki gue. Pengalaman berdarah....

Sadis ya...
Di dunia sulap, siapa sih orang yang merupakan inspirator buat loe?
Orang yang jadi inspirasi terbesar gue...pertama, David Copperfield. Karena dia itu bisa ngemas sulap yang biasa jadi luar biasa. Kedua, Marco Tempest. Jujur, sulap gue sekarang kan banyak terinspirasi dari dia. Tapi gue ngga seratus persen niru Tempest. Dia kan punya sebutan buat sulapnya, Virtual Magic. Kalau gue lebih mengarah kepada yang gue sebut Hi Tech Magic. Kalau Virtual kan semua yang di layar aja. Gue bisa pake apa aja, pokoknya semua yang ada teknologinya. misalnya ponsel yang ngga ada layarnya sekalipun. Laser, lampu. Lampu kan bukan virtual, tapi lebih mengarah ke teknologi.

Jadi sebutan buat loe, Hi Tech Magician?
Engga, gue tetap Illusionist, tapi spesialisasinya Hi Tech Magic.

O ya, Gue dengar loe dulu pernah buat istilah Halusionist, gimana ceritanya?
Gini, kenapa gue milih istilah halusionist? Karena intinya dari Bizarre Magic. Kalau di psikologi ada teori yang mengatakan - What the mind think, the body will create - Jadi apa yang kita pikirin, tubuh akan bereaksi, dan menjadikannya nyata. Misalnya gue bilang di sini ada setan, pikiran orang akan menciptakan gambaran itu, sampai akhirnya tubuh bereaksi dan merinding. Gue buat orang berhalusinasi, seakan akan di sini ada setan. Jadi ceritanya gue masternya halusinasi, makanya gue buat istilah Halusionist. Dulu kenapa gue ambil aliran Bizarre? Karena gue suka main trik manggil arwah. Ada sulap buatan gue sendiri yang menurut gue bagus. Biasanya kan kalau kita main sulap, reaksi penonton, tepuk tangan, ketawa, atau kaget. Nah, gue ciptain suatu efek, yang menjadikan penonton gue selalu nangis.


Kenapa nangis?
Dulu gue suka uji coba di roti bakar Eddy. (tempat nongkrong di Jakarta Selatan-Red) Penonton gue kan kebanyakan cewe cewe, jadi gue selalu main efek itu sama cewe. Gue minta mereka menuliskan nama seseorang yang disayangi, tapi udah meninggal, dan gue manggil arwah orang itu. Dari sepuluh orang yang gue mainin trik itu, tujuh pasti nangis.


Alasan loe pindah dari bizarre atau halusionist ke illusionist?
Kenapa gue pindah? Karena bizarre itu di bawahnya sulap mental. Jadi akan dekat sekali sama Deddy, dan gue akan lawan Deddy. Gue ga mau donk, Deddy itu guru gue, dan gue banyak belajar dari dia.


Apa sih arti sulap menurut loe?
Bagi gue sulap itu suatu seni entertain, membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Gue pribadi punya motto - "Transforming Magic from 'tricks' into an EXPERIENCE..." - menjadikan sebuah trik menjadi suatu pengalaman.

Kalau loe lihat, kemajuan sulap di Indonesia gimana?
Menurut gue sih, sulap di Indonesia ketinggalan 10 - 20 tahun di banding Inggris atau Amerika. Tapi, sekarang sedang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Deddy sudah membuat sulap di Indonesia lebih dihargai. Bagi gue Deddy merupakan The Father of Modern Magic di Indonesia.

Kalau penghargaan masyarakat kepada pesulap dari segi bayaran, udah layak belum menurut loe?
Sebenarnya yang tahu bayaran atau nilai, ya pesulapnya sendiri, berapa dia menilai dirinya. Kalau dia menilai dirinya 500 ribu, ya nilainya segitu. Kalau dia menilai tinggi, ya penghargaan masyarakat jadi tinggi juga. Dibarengi kualitas tentunya.

Tayangan serial Demian Sang Ilusionis, sudah memasuki 13 episode ke dua. Membuktikan cukup tingginya respon dari masyarakat terhadap program TV ini. Bulan Juli 2007 mendatang, Sang Ilusionis yang paling doyan makan nasi goreng buatan ibunya ini, akan mengguncangkan dunia transportasi Jakarta. Bagaimana tidak? Enam buah Busway akan dihilangkannya dalam sekejab. Sebelumnya, di bulan Juni, Publicity Stunt, dengan atraksi bernama Water Torture, seperti yang pernah dilakukan Houdini, akan dapat disaksikan langsung oleh masyarakat di suatu tempat di Jakarta.


Sekarang loe udah bersolo karir ya ? Gue dengar loe buat management sendiri, NUMAGIC.
Iya, kaya EO gitu. Jadi semua kontrak gue diurus Numagic, kadang juga buat panggung sendiri, ilusi kan butuh stage khusus, Numagic yang tanganin.

Ini pertanyaan terakhir. Nama Demian itu dari mana? Nama asli loe kan Aditya Prambudhi.
Demian gue ambil dari film The Omen, anak setan॥! Ha ha ha.....

www.demianaditya.com

Roedhybekti